Sunday 10 May 2015

ORIGAMI BURUNG BANGAU

Kamar yang luasnya hanya 3x4 meter itu kini penuh dengan origami burung bangau. Dimana-mana burung bangau. Di lantai, tempat tidur, meja belajar, bahkan di langit-langit. burung bangau itu tergantung dan berputar-putar di atas kepala kartono yang sejak tadi merebahkan badannya yang kian membulat di atas tempat tidur bercorak bunga. Setiap kali kartono mengganti posisi tidurnya pasti terdengar bunyi “krekkk” yang keras.
“dasar tempat tidur murahan” umpat kartono, dan bunyi itu terasa semakin keras ditelinganya.
Kartono berjalan keluar kamarnya. sebenarnya ia malas untuk pergi kemana-mana walaupun sekedar mencari udara segar. Kegiatan rutinnya sekarang hanya tidur di siang hari dan membolak-balekkan rapornya semasa sekolah. Dulu, Ia selalu belajar dengan keras agar bisa melanjutkan kuliah di universitas pilihannya. Namun tak disangka, kartono tidak lulus ujian masuk. Saat menerima kenyataan itu sekonyong-konyong dunianya berputar, seolah-olah poster pengumuman kelulusan itu teraduk-aduk seperti adonan kue dan masuk ke otaknya yang telah terbelah. Disana dirasakannya kepalanya sakit dan perutnya mual hampir saja ia pingsan karenanya.
“mungkin aku harus berusaha lebih keras lagi” hati kartono berbicara.
Dan tahun depannya kartono mencoba lagi. Tapi tuhan berkehendak lain. Kartono tetap tidak lulus. Dengan hati yang sakit dicobanya lagi di universitas swasta. Entah karena sial atau sebab lain kartono tidak juga lulus. Kartono bingung, apa ada yang salah dengannya? Tanya kartono.
pagi ini cerah, matahari bersinar dengan bebas dan cahayanya menembus sela-sela jendela kartono yang renggang, menggodanya untuk keluar. Kartono menerima ajakan itu ia bangkit dari kasurnya, dicomotnya sebuah t-shirt dan celana jins belel dari lemari ia langsung mandi , di depan cermin, dicukurnya jenggot dan kumis yang tumbuh tidak teratur di wajahnya, busanya menetes-netes jatuh mengotori lantai. sedikit semprotan parfum sebagai penyempurna di bagian lipatan tubuhnya. Yap! Kartono telah siap! bajunya rapi, wajahnya klimis dan badannya wangi. Tak lupa dibawanya beberapa lembar kertas origami sebagai temannya.
Pintu rumah baru dibuka tapi, ada puluhan atau mungkin juga ratusan orang dari berbagai macam jenis berjubel didepan rumahnya. Ada apa gerangan?
Mereka menanti kartono dan memandanginya dengan kagum, seorang pria muda seumuran dengannya membuka mulutnya lebar membentuk huruf o bahkan ada gadis remaja histeris.
“aih,,,, lihat pria itu betapa tampannya dia!!” seorang gadis bermata bulat menunjuk-nunjuk. Tapi kartono tetap tenang seolah-olah tatapan panas yang diterima tidak berarti apa-apa. Wow! Seolah sudah dikomandoi, setiap langkah yang diambil kartono orang akan memberikan jalan dan membuat barisan di sisi kiri dan kanan jalan. “tuan kartono!!!, pak kartono!!!,,,kesinilah tolong lihat kemari!!!!”teriakan pujian itu membahana dari segala arah.
Kakinya terus melangkah, membiarkan sekumpulan manusia itu. “anda mau kemana pak kartono?” Tanya seorang pria sambil membungkukkan punggung yang gempal, pakaiannya stelan jas lengkap, memakai kacamata bergagang tipis dan mukanya bulat seperti donat. Mungkin ajudan kartono. Telunjuknya mengarah lurus kedepan. Spontan Semua orang memutar kepalanya ke arah yang ditunjuk Kartono. Sebuah gedung berdiri dengan gagahnya, di atas atapnya yang menyerupai benteng pion catur melekat patung origami burung bangau berwarna merah hati. Tiangnya di cat putih gading dan lantainya dari marmer. Ia berjalan memimpin koor lautan manusia. Di depan pintunya 2 orang pelayan langsung membuka pintu khusus untuk kartono. Benar-benar khusus karena Pemuja kartono yang mengikuti jejaknya langsung dihalau mundur.
“halo tuan kartono suatu kehormatan tuan mau datang ke restoran ini,,,,bla,,,,bla,,,,,bla,,,,” seorang pria tua menyambut kartono dengan kata sambutan yang panjangnya lebih panjang dari pidato ketua rt setempat. Tapi kartono cuek ia langsung mengambil meja tepat di tengah ruangan. Dan tepat diatas kepalanya hiasan origami burung bangau mengantung dan berputar di kipas atap. Persis seperti di kamarnya.
Diambilnya koran yang sejak tadi tergelatak di depannya. Ah! Judul besarnya, KARTONO PENGUSAHA TERMUDA DAN TERKAYA DIDUNIA
Kemudian di koran yang satunya,
ORIGAMI BURUNG BANGAU MENDUNIA
Ia tertawa kecil
“sekarang aku pemenang, bukan pecundang lagi hahahahahaha orang –orang memujaku mungkin suatu hari nanti akan ada sekte agama dengan aku sebagai tuhannya, aku puas. Sekarang bukan aku lagi yang tidak dihiraukan melainkan mereka yang kucueki.” Bibirnya melengkung jahat.
Tiba-tiba saja blitz kamera menerpa wajahnya. Ternyata para wartawan yang ingin mengetahui kisah hidupnya sebelum menjadi sukses.
“ dulu saya seorang pengangguran” ia membuka pembicaraan dan suasana menjadi hening.
“ketika menjadi pengangguran tempat tidur adalah sahabat, dan saya selalu membuat origami burung bangau sebagai pembunuh waktu dan sepi. Dulu, saya pikir mungkin hanya itu yang saya bisa.”
“tapi, bakat sekecil atau sesepele apapun, tetaplah bakat dan harus dikembangkan” kemudian digesernya posisi duduknya
“ yah hidup saya seperti kebanyakan, tapi kemudian saya sadar bahwa saya harus maju terus. keadaan tak akan berubah kalau saya tidak berusaha. saya ambil kertas dan saya susun rumus senyawa kimia untuk membuat patung origami. Saya butuh 3 tahun untuk menyelesaikannya. Dan lihat? Saya sukses.” Nadanya menaik terdengar menyombong.
“Kalianpun harus begitu, ikuti jejak saya jangan terpaku pada masalah.” Penjelasan kartono
Ajaran kartono benar-benar meresap ke dalam kalbu mereka. Kata terakhir yang keluar ditutup dengan tepukan tangan dari para wartawan. Rasanya aku harus mempraktekkannya di kehidupanku. Pikir beberapa dari mereka.
interviews yang tadinya tertib berubah ricuh.
‘Gluduk-gluduk’ ada apa ini? gempa? Sebuah getaran besar menjalar-jalar ke segala arah. Lantainya merekah siap mengancam siapa saja. Dinding retak remahannya jatuh seperti remahan kue, terdengar bunyi pecahan kaca yang menusuk telinga . Semuanya berhamburan menyelematkan diri masing-masing. Tapi tak ada 1 orang pun yang mengingat katono semuanya hilang begitu cepatnya. Kartono tinggal sendirian menjadi tokoh sentral di dalam ruangan yang bakal roboh. Awalnya kartono kira, ini adalah guncangan dari dasar bumi. entah bisikan gaib darimana ia mendongak keatas dan insyaflah ia bahwa origami di atas langit-langit membengkak dan jatuh kebawah menerjang badannya yang gempal.
Brak!!! kartono merasakan nyeri di punggungnya. Dikuceknya matanya yang berair. Kasurnya patah menjadi 2 bagian. Sadarlah ia kalau kejadian tadi semua hanya mimpi di siang bolong. Dipandanginya sekeliling ternyata semua masih tetap seperti dulu, dia masih berada di kamarnya yang sempit dan pengap. Tumpukan map menumpuk di sudut. Sementara baju, kolor, atau celana berserak tersebar di lantai. Botol minuman soda tertidur di atas meja kerja, airnya menetes-netes, sarang laba-laba gentayangan di langit-langit. Kartono berjalan gontai, sebagaimana kegiatan rutinnya diambilnya rapor dan ijazah sekolah dari laci mejanya. Dibacanya dengan suara lirih, mulai dari nama sampai jumlah nilai di semester 6. Kemudian dia menangis sambil melipat keras origami menjadi burung bangau. Burung bangau yang menerbangkan angan dan mimpinya lebih tinggi.

No comments:

Post a Comment